Berkompromi dengan ajal

oleh : Yahya Cholil Staquf (Terong Gosong)

Menjelang Muktamar NU ke-28, tahun 1989. Mbah Kiyai Abdul Hamid Kajoran sakit keras. Gus Dur ditemani Mbah Lim (Kiyai Muslim Rifai Imampuro rahimahullah) menengok.

"Aku tak mati yo, 'Lim..." (Aku mau mati ya, Lim) Mbah Hamid berkata lirih di pembaringannya.

Mbah Lim menggeleng keras, dengan gayanya yang khas, beliau menyahut : "Nggak bisa... Nggak bisa... Nggak bisa...! Mau muktamar kok mati... Enak saja.... Nggak bisa...!"

"Lha terus gimana...?"

"Mati ya mati, tapi nanti saja. Nunggu Muktamar dulu!"

Tepat empat puluh hari sesudah hari itu, beberapa minggu sesudah Muktamar, Mbah Hamid Kajoran wafat. Lahul faatihah....

--0o0o0--

Mbah Wahab Hasbullah malah sudah beberapa lama tak mampu bangkit dari pembaringan hingga mendekati waktu pelaksanaan Muktamar ke-25, tahun 1969. Beliau pun menyuruh santri-santri berkumpul mengitari dipan tempat beliau berbaring.

"Bacalah Yasin sebanyak-banyaknya..." beliau memerintah dengan suara lemah, "Tapi kalau nanti kuberi tanda, berhentilah... supaya aku bisa membaca syahadat dengan tenang..."

Para santri mengaji dengan berlinangan air mata. Bacaan mereka jadi kurang lancar karena bercampur tangis sesenggukan.

Ketika beberapa jurus kemudian Mbah Wahab tiba-tiba mengangkat tangan, santri-santri malah menjerit dalam raungan sedih yang menyayat. Sampai kemudian seseorang dengan susah-payah berhasil menyuruh mereka tenang karena Mbah Wahab tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Nggak jadi," kata Mbah Yai Wahab, "Aku sudah ketemu Izrail.... Nanti saja, sesudah Muktamar..." ^_^

Beberapa hari sesudah Mukatamar ke-25 itu Mbah Yai Wahab wafat. Lahul faatihah...

--0o0o0--

Di dalam Al Quran, Allah banyak berfirman bahwa, “Setiap jiwa pasti akan merasakan mati,..." (QS. Al Imron : 185)

Di lain ayat, Allah pun telah banyak berfirman bahwa, "Ketika telah tiba ajal tiap manusia, maka tidak akan dapat diundur dan tidak dapat diajukan barang sesaat."

Ajal itu rahasia Allah. Tapi bagi orang-orang yang jernih jiwanya sebab kesholihannya seringkali mampu menangkap tanda-tanda ketika ia akan mendekati ajalnya, sehingga ia mampu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya ataupun menyampaikan pesan pesan terakhir yang bermanfaat untuk orang lain.

Namun demikian, tidak ada yang mampu mengetahui dengan TEPAT kapan saat tiba ajalnya, memang begitu "aturan mainnya." Namanya juga rahasia.

Jangan lupa komentar dan follownya : spiritualmuslim.mywapblog.com :)